Budidaya
lele pakai NASA (POC NASA, HORMONIK, VITERNA DAN TON)
Ada
beberapa factor yang harus diperhatikan agar lele biar dipanen pada umur 2 bulan sejak tebar bibit. Factor-faktor
tersebut berhubungan dengan pakan, pemberian suplemen, pola pemberian pakan,
pengontrolan, dan pola terapi kebersihan air kolam.
Terapi
Kolam
- isi
air setinggi 10 – 15 cm
- 5
sendok makan (sdm) TON + 5 tutup botol POC NASA dilarutkan dengan air ± 10
liter, aduk sampai rata dan siramkan kekolam secara merata, biarkan ± 10 hari
-
selanjutnya, tambahkan ketinggian air menjadi ± 45 cm
- 3 sm
TON + 3 tutup botol POC NASA larutkan dengan air ± 5 liter dan siramkan kekolam
merata, biarkan 1 hari
-
masukkan bibit lele
-
setiap 1 minggu sekali kolam diterapi dengan cara, diberi larutan 2 sdm TON + 2
tutup botol POC NASA, dilarutkan dengan air ± 5 liter
-
setelah ± 15 hari tambahkan ketinggian air menjadi 70 cm
A.
JENIS PAKAN
Dalam
usaha pembesaran, biasanya pembudidaya memberikan dua jenis pakan, yaitu
makanan pokok berupa pelet ikan tipe FF999, 781-SP, 781-2, dan 781 serta pakan
alternatif atau tambahan.
Pemberian
pakan tambahan selain bertujuan untuk menghemat biaya pakan, juga untuk
menggenjot pertumbuhan lele. Pakan tambahan tersebut bisa berupa keong mas,
bekicot, limbah peternakan, limbah pemotongan hewan, limbah ikan, dan ikan sisa
tangkapan nelayan.
Pakan
alternatif
1.
Keong mas dan Bekicot
Keong
mas dan bekicot mengandung protein yang tinggi dan sangat baik untuk memacu
pertumbuhan lele. Keong mas dan bekicot merupakan hama dan sekaligus musuh
petani. Jadi, pemanfaatan keong mas dan bekicot sebagai makanan tambahan lele
mempunyai fungsi ganda, selain memberantas hama tanaman, juga untuk menghemat
biaya pembelian pakan.
Sebelum
diberikan ke lele, camgkang keong mas atau bekicot harus dipecah, kemudan
dagingnya dipisahkan dari cangkang tersebut. Agar pemberian pakan merata,
sebaiknya cincang daging bekicot atau keong mas terlebih dahulu sebelum
diberikan ke lele. Tebarkan daging tersebut secara merata ke dalam kolam
pembesaran. Ukuran bibit lele yang sudah bias diberi pakan tambahan yakni
sebesar jari kelingking.
2.
Limbah Peternakan
Limbah
yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya lele berupa ayam mati yang dapat
diperoleh di tempat penampungan atau pada tukang potong ayam. Ayam tersebut
biasanya mati akibat terjepit atau berdesak-desakan selama dalam perjalanan
menuju tempat pemotongan.
Ayam
mati tidak bisa langsung diberikan ke lele. Ayam harus dibakar hingga bulunya
habis. Setelah itu, ceburkan ayam ke dalam kolam. Lele akan segera memakan
santapan tersebut hingga habis. Pemberian pakan ini tidak boleh melebihi kebutuhan
lele. Sisa pakan yang berlebih bisa mencemari dan mengotori air kolam. Kolam
yang kotor mengundang tumbuhnya berbagai bibit penyakit.
3.
Limbah Pemotongan Hewan
Ada dua
macam limbah pemotongan hewan yang bisa diberikan ke lele, yaitu darah dan
jeroan hewan. Darah hewan sangat baik untuk pertumbuhan bibit lele karena
mengandung gizi yang tinggi. Darah hewan yang bisa diambil di antaranya darah
kambing, darah sapi, atau kumpulan darah ayam potong. Sebelum diberikan, darah
tersebut harus direbus hingga beku atau menggumpal (marus). Namun, pemberian
marus ini agak riskan, karena air cepat kotor. Karena itu, marus harus dicampur
dengan pakan utama berupa pelet yang diseduh dengan air panas.
Selain
darah, jeroan ayam potong juga bisa diberikan sebagai pakan lele. Limbah
pemotongan hewan ini bisa diperoleh di tempat pemotongan hewan atau ayam
potong.
4.
Limbah Ikan dan Sisa Tangkapan Nelayan
Limbah
ini bisa diperoleh di penjual ikan atau pada usaha pemindangan ikan.
Pemanfaatan limbah ikan ini, selain baik untuk pertumbuhan lele, juga merupakan
cara menghemat biaya pemeliharaan, karena limbah ikan tidak diperjualbelikan
atau bisa diperoleh Cuma-Cuma.
Jika
lokasi usaha budidaya lele dekat dengan pantai, pembudidaya lele dapat
memanfaatkan ikan sisa tangkapan nelayan yang sudah tidak layak lagi dikonsumsi
oleh manusia. Ikan ini harganya tidak mahal dan baik digunakan untuk
mempercepat pertumbuhan lele. Ikan tersebut bisa langsung diberikan ke lele.
Namun, jika ukurannya cukup besar, sebaiknya cincang terlebih dahulu.
B.
PEMBERIAN SUPLEMEN
Sama
seperti pada usaha pembenihan, usaha pembesaran lele juga memerlukan suplemen
untuk meningkatkan selera makan lele. Suplemen yang digunakan berupa TON, POC
NASA, HORMONIK, VITERNA yang dicampurkan dengan pelet. Takarannya, sama dengan
suplemen yang diberikan pada pakan benih..
Terapi
Pakan
Proses
pencampuran dengan produk NASA :
- POC
NASA + VITERNA + HORMONIK dioplos menjadi satu, misal ditempatkan dalam botol
tersebut
-
Setiap 1 kg pakan dicampur dengan 1 tutup botol oplosan tersebut
-
Dengan cara, 1 tutup dilarutkan dengan air ± ½ liter lalu campur dengan pakan
dan diaduk-aduk dibolak-balik sampai merata
-
Selanjutnya diamkan ± 5 menit
- Siap
disajikan
C. POLA
PEMBERIAN PAKAN
Pada
dasarnya pola pemberian pakan untuk usaha pembesaran lele sama dengan pola
pemberian pakan pada usaha pembenihan. Namun, jenis pakan dan porsinya yang
berubah karena disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan lele. Makin besar lele,
makin banyak pakan yang dibutuhkan. Umumnya, lele cukup diberi makan 3-4 kali
sehari, yakni pada pagi (0.00-09.00), sore (16.00-17.00), dan malam hari
(20.00-22.00).
D.
JUMLAH PAKAN YANG DIBERIKAN
Tidak
ada petunjuk yang jelas mengenai berapa banyak makanan yang harus diberikan
untuk seekor lele dalam satu hari. Namun, pakan yang diberikan tidak boleh
kurang dari 10% berat tubuh ikan. Bila kita bicara pembesaran lele, semakin
sering diberi makan, secara logika lele akan semakin cepat besar. Artinya
pemberian pakan harus sesering mungkin, tetapi jangan berlebihan. Pemberian
pakan yang terlalu sering berisiko terhadap kecepatan keruhnya air. Akibatnya,
kolam harus sering dikuras dengan mengganti sebagian air. Namun, jika sumber
air berasal dari saluran irigasi yang dialirkan melalui pipa ke dalam kolam
terpal, airnya tidak perlu diganti hingga panen.
E.
PENGONTROLAN
Pengontrolan
dalam usaha pembesaran lele sama fungsinya dengan pengontrolan yang dilakukan
dalam usaha pembenihan, yaitu untuk memastikan apakah usaha pembesaran lele
yang kita lakukan berjalan sesuai dengan rencana atau tidak. Ada kendala dan
masalah atau tidak. Jika ada masalah, baik itu menyangkut ikan, pakan, air, dan
kolam, tindakan apa yang harus kita lakukan untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Pengontrolan
bersifat wajib, jika kita menginginkan usaha yang sukses. Jangan berharap
untung besar, jika lele kekurangan pakan, airnya kotor, atau kolam bocor.
Ketekunan Anda sangat dibutuhkan dalam usaha budidaya ini.
F.
PENGURASAN KOLAM
Pengurasan
tidak perlu dilakukan setiap hari, cukup setiap 3-5 hari sekali hingga waktu
panen, karena secara fisik lele sudah kuat dan mempunyai daya tahan yang
tinggi. Tahapan kerja dalam pengurasan kolam pembesaran sama halnya dengan tahapan
pengurasan kolam pada usaha pembenihan.
G.
PENYORTIRAN ULANG
Lele di
kolam pembesaran harus disortir secara berkala. Adapun selang waktu penyortiran
setiap 10 hari atau 2 minggu sekali. Tujuannya, untuk menjaga agar perolehan
makanan seimbang dan ukuran lele yang dipelihara seragam.
Penyortiran
diperlukan karena pertumbuhan lele tidak sama. Ada yang cepat besar dan ada
yang pertumbuhannya lambat alias kuntet. Jika kondisi ini dibiarkan, ukuran
lele yang dihasilkan tidak seragam yang berpengaruh terhadap harga jual lele.
Ukuran
yang tidak seragam merupakan ancaman bagi lele yang berukuran lebih kecil. Jika
kekurangan makanan, lele yang bongsor bisa memangsa lele yang lebih kecil.
Kondisi ini tentunya akan berdampak langsung terhadap jumlah panen.
Untuk
mencegah kanibalisme, lele harus disortir. Hasil sortir dipindahkan ke kolam
pembesaran terpisah sesuai dengan ukuran lele. Pada prinsipnya proses
penyortiran untuk usaha pembesaran hampir sama dengan proses penyortiran dalam
usaha pembenihan, hanya selang waktunya agak lebih lama. Selain itu, ukuran
baskom yang digunakan juga berbeda, seiring pertumbuahan bibit.
Berikut
ini tahapan penyortiran dalam usaha pembesaran lele :
Siapkan
peralatan sortir, berupa slang, serokan, baskom sortir, dan baskom penampungan.Kurangi
air kolam menggunakan slang dengan bantuan mesin sirkulasi, hingga ketinggian
air mencapai 5 cm.
Serok
lele menggunakan serokan kain, lalu tuangkan ke dalam baskom sortir yang
ditempatkan persis di atas baskom penampungan. Lele yang disortir akan
tertinggal di dalam baskom sortir, sedangkan lele yang tidak lolos sortir akan
berada di baskom penampungan.
Pindahkan
lele di baskom sortiran ke dalam baskom penampungan hasil sortir. Kembalikan
lele di baskom penampungan ke kolam pemeliharaan semula. Sementara itu, lele
hasil sortir dipindahkan ke kolam pembesaran lainnya.
Pemesanan Vitamin dan Terapi Air Kolam Ikan, silahkan
hubungi: