I. PENDAHULUAN
Dalam budidaya air, beberapa
faktor yang berpengaruh meliputi faktor mahluk hidup (ikan) dan faktor lingkungan.
Faktor ikan lebih ditentukan oleh kualitas bibitnya.
Factor lingkungan terdiri
dari pengelolaan, pakan dan tempat budidaya (kolam atau tambak). Yang akan dibahas di
sini adalah faktor lingkungan tempat
budidaya dan pakan.
II. PARAMETER KUALITAS AIR.
Parameter kualitas air adalah beberapa ukuran yang digunakan untuk
mengetahui kualitas air. Bebagai parameter kualitas air tersebut sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya ikan. Kualitas air dapat dinilai
secara fisik dan kimiawi.
Parameter Kimia
Secara kimiawi, kualitas air ditentukan oleh :
1. Salinitas.
Adalah jumlah total garam terlarut yang terukur dalam sampel air dalam
satuan ppt (part per thausand). Satuan ppt artinya bagian per seribu. Setiap jenis ikan mempunyai salinitas optimal
untuk hidupnya. Salinitas yang terlalu tingi dapat menghambat pertumbuhan ikan
atau udang.
2. DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen memegang peranan penting bagi mahluk hidup. Jumlah oksigen yang ada
dalam air dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/bagian per sejuta).
Besarnya DO optimal untuk budidaya adalah 4 – 7,5 ppm, karena sesuai dengan kebutuhan udang/ikan.
Ikan memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi untuk beraktivitas, pertumbuhan, reproduksi
dan lain-lain. Selain itu, oksigen yang cukup diperlukan karena proses
penguraian bahan organik di air dibantu oleh bakteri-bakteri aerob (hanya bisa
hidup dengan kadar oksigen yang cukup) yaitu bakteri Nitrosomonas dan
Nitrobacter. Jika kadar oksigen sedikit, bakteri tidak dapat hidup sehingga
proses dekomposisi tidak dapat berlangsung. Hal ini yang menyebabkan terjadinya
peracunan air oleh bahan organik yang tertumpuk di dasar kolam.
Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah juga dapat mematikan ikan atau
udang. Gejala kekurangan oksigen di air ditandai dengan naiknya ikan atau udang
ke permukaan air. Jika hal itu terjadi, langkah yang segera harus dilakukan
adalah penebaran kapur dolomite, karena dolomite dapat mengikat karbon
dioksida.
Besar-kecilnya DO ditentukan oleh temperatur air dan udara, tekanan
barometrik udara, jumlah tumbuhan air baik yang berupa tumbuhan besar maupun
dalam bentuk phytoplankton, kadar mineral dan Biological Oxygen Demand (BOD).
Cara untuk melarutkan oksigen dari udara diantaranya dengan cara :
a. Penggunaan kincir. Salah satu sumber
DO air berasal dari oksigen di udara melalui proses difusi karena adanya
kontak antara permukaan air dengan udara. Semakin luas permukaan air maka
proses difusi semakin besar karena permukaan air yang kontak langsung dengan
udara menjadi besar. Memanfaatkan mekanisme terebut, maka kincir air digunakan,
karena air dipecah menjadi butiran-butiran kecil sehingga luas permukaan air
menjadi besar.
b. Air mengalir. Air yang selalu bergerak akan mempunyai kandungan DO
selalu tinggi, karena selalu kontak dengan udara bebas.
Berhubungan dengan kadar DO ini, ada istilah Biological Oxygen Demand (BOD)
yaitu banyaknya oksiden yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik mudah
terurai oleh kegiatan biokimia selama lima hari. Semakin tinggi nilai BOD
berarti semakin tinggi timbunan bahan organic di suatu kolam sehingga kurang
baik untuk budidaya..
3. Derajat Keasaman (pH).
Tingkat keasaman air dinyatakan dalam pH air. Besarnya pH air yang optimal
untuk kehidupan ikan dan udang adalah 6 – 8 (netral), karena pada kisaran
tersebut menunjukkan imbangan yang optimal antara oksigen dan karbondioksida
serta berbagai mikrooranisme yang merugikan sulit berkembang. Kondisi pH air
dapat berubah-ubah selama budidaya, hal ini yang berakibat buruk bagi ikan atau
udang. Air yang pH-nya terlalu rendah (asam) dapat menyerap fosfat yang
berperan dalam kesuburan air, sehingga kesuburan kolam dapat menurun. pH yang terlalu rendah diatasi dengan perlakuan kapur (dolomite)
dengan dosis 5 – 15 ppm terutama pada malam hari dan ditambah dengan zeolit
(SiO4) 3 – 5 ppm.
4. Alkalinitas.
Adalah kapasitas air untuk menetralkan setiap penambahan asam tanpa
menurunkan pH, alkalinitas merupakan buffer (penahan) terhadap pengaruh
pengasaman. Alkalinitas disebabkan oleh adanya ion-ion bikarbonat (HCO3-),
karbonat (CO32-), hidroksida (OH-) dan ion-ion lain dalam jumlah kecil. Jika kadar ion-ion
tersebut kurang, maka pH cenderung tidak stabil yang dapat merugikan ikan atau
udang.
Parameter Fisika
Selain berbagai parameter kimia di atas, kualitas air juga ditentukan oleh
berbagai parameter fisika air sebagai berikut ;
1. Kecerahan (transparansi) air.
Kecerahan pada hakekatnya menunjukkan populasi plankton dan kandungan
material terlarut dalam air, diukur dengan secci disk. Kecerahan yang baik
berkisar antara 30 – 40 cm, karena pada kondisi itu populasi plankton cukup
ideal untuk pakan alami dan material terlarut cukup rendah. Pada awal budidaya,
biasanya kecerahan air tinggi (50 cm hingga dasar kolam) karena populasi
plankton masih rendah dan air masih bersih. Semakin lama usia budidaya,
kecerahan makin rendah (hingga 10 cm).
Untuk mempertahankan kecerahan yang ideal, selalu dilakukan ganti air
baru secara rutin atau setiap ada indikasi penurunan kecerahan dan dilengkapi
dengan perlakuan bahan-bahan pembuat stabil kondisi air (stabilizer). Kecerahan
yang ideal juga menunjukkan kondisi air yang baik, karena penurunan kualitas
air banyak disebabkan oleh tingginya kadar bahan organik dan anorganik
terlarut. Disamping itu, plankton yang
terlalu tinggi populasinya menyebabkan tingginya pH pada siang hari dan
punurunan drastis kadar DO pada malam
hari terutama jika plankton yang dominan adalah phytoplankton.
2. Suhu
Suhu air juga sangat penting bagi kehidupan ikan atau udang karena suhu air
sangat berpengaruh terhadap kehidupan jasad renik (mikroorganisme), sehingga
dapat mempengaruhi kehidupan ikan dan udang. Suhu ideal untuk budidaya adalah
25 – 310 C. Jika suhu berfluktuasi secara drastis, dapat berakibat buruk bagi
pertumbuhan embrio ikan. Suhu air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari,
suhu udara, cuaca dan lokasi. Air mempunyai kapasitas yang besar untuk
menyimpan panas sehingga suhunya relatif konstan dibandingan dengan suhu udara,
perbedaan suhu air antara pagi hari dan siang hari hanya 20 C. Suhu air akan
mempengaruhi densitas/kepadatannya (dalam gr/cm3. Perbedaan densitas air antara
lapisan atas dan lapisan bawah dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi air
menjadi 3 lapisan, yaitu epilimnion (lapisan atas yang suhunya tinggi),
hypolimnion (lapisan bawah yang dingin) dan thermocline (lapisan antara
keduanya yang suhunya turun drastis). Stratifikasi air ini dipengaruhi oleh
kedalaman kolam/tambak dan radiasi cahaya matahari.
3. Kedalaman air.
Untuk kolam budidaya, kedalaman air yang ideal yaitu 70 – 120 cm. Air yang
terlalu dangkal menyebabkan perubahan suhu terlalu besar. Jika air terlalu
dalam mengakibatkan perbedaan suhu yang menyolok antara air bagian atas dengan
bagian bawah dan sinar matahari tidak dapat mencapai air bagian bawah sehingga
pertumbuhan phytoplankton terhambat. Seperti yang telah dikemukaan di muka
bahwa kolam/tambak yang terlalu dalam dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi
suhu air sehingga harus diusahakan agar berada dalam kisaran kedalaman yang
ideal.
4. Warna Air.
Warna air ditentukan karena prose salami, baik yang berasal dari proses
biologis maupun non-biologis. Produksi dari proses biologis dapat berupa humus,
gambut dan lain-lain. Sedangkan dari proses non-biologis dapat berupa
semyawa-senyawa kimia yang mengandung unsure-unsur Fe, Co, Mn dan lain-lain.
Selain itu warna air juga dapat ditentukan oleh jenis plankton yang dominan.
Pada umumnya warna air yang dikehendaki adalah hijau yang menunjukkan jenis
plankton Ganggang Hijau (Chlorophytaceae). Tetapi warna air yang bagus tidak
selalu harus hijau, karena jika yang dominan pada saat itu jenis plankton hewan,
maka warna air biasanya berwarna coklat muda.
III. LIMBAH ORGANIK
Limbah organik adalah sisa atau buangan dari berbagai aktifitas manusia
seperti rumah tangga, industri, pemukiman, peternakan, pertanian dan perikanan
yang berupa bahan organik; yang biasanya tersusun oleh karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya (Polprasert, 1989).
Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap,
koloid, tersuspensi dan terlarut. Pada umumnya, yang dalam bentuk padatan akan
langsung mengendap menuju dasar perairan; sedangkan bentuk lainnya berada di
badan air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob. Dimanapun limbah organik
berada, jika tidak dimanfaatkan oleh fauna perairan lain, seperti ikan,
kepiting, bentos dan lainnya; maka akan segera dimanfaatkan oleh mikroba; baik
mikroba aerobik (mikroba yang hidupnya memerlukan oksigen); mikroba anaerobik
(mikroba yang hudupnya tidak memerlukan oksigen) dan mikroba fakultatif
(mikroba yang dapat hidup pada perairan aerobik dan anaerobik).
Penguraian bahan organik
1. Penguraian di Lapisan Air yang Mengandung Oksigen (Aerob).
Limbah organik yang ada di badan air aerob akan dimanfaatkan dan diurai
oleh mikroba aerobik (BAR) Makin banyak limbah organik yang masuk dan tinggal
pada lapisan aerob (lapisan air yang mengandung udara) akan makin besar pula
kebutuhan oksigen bagi mikroba yang menguraikannya, bahkan jika keperluan
oksigen bagi mikroba yang ada melebihi konsentrasi oksigen terlarut (DO) maka
oksigen terlarut bisa menjadi nol dan mikroba aerobpun akan musnah digantikan
oleh mikroba anaerob dan fakultatif yang untuk aktifitas hidupnya tidak
memerlukan oksigen.
2. Penguraian di Lapisan Air Tanpa Oksigen (Anaerob)
Limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob akan dimanfaatkan dan
diurai oleh mikroba anaerobik atau fakultatif
Kedua proses tersebut diatas mengungkapkan bahwa aktifitas mikroba yang
hidup di bagian badan air yang anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba baru
juga menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya
seperti amin, PH3 dan komponen fosfor. Asam sulfide (H2S), amin dan komponen
fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap,
misalnya H2S berbau busuk dan amin berbau anyir. Selain itu telah disinyalir
bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu
adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain, termasuk ikan. Selain
menghasilkan senyawa yang tidak bersahabat bagi lingkungan seperti tersebut
diatas, hasil penguraian di semua bagian badan air menghasilkan CO2 dan NH3
yang siap dipakai oleh organisme perairan berklorofil (fitoplankton) untuk
aktifitas fotosintesa
Dampak Penguraian Limbah Organik
Proses pengurian limbah organik di badan air bagian manapun cenderung
selalu merugikan karena sebagian besar produknya (NH3 H2S dan CH4) dapat
langsung mengganggu kehidupan fauna, sedang produk yang lain (nutrien) meskipun
sampai pada konsentrasi tertentu menguntungkan namun jika limbah/nutrien terus
bertambah (eutrofikasi) akan menjadi pencemar yang menurunkan kualitas perairan
dan akhirnya mengganggu kehidupan fauna
Pengaruh pertama proses penguraian limbah organik di badan air aerobik
adalah terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam badan air. Fenomena ini akan
mengganggu pernafasan fauna air seperti ikan dan udang-udangan; dengan tingkat
gangguan tergantung pada tingkat penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan
jenis serta fase fauna. Secara umum diketahui bahwa kebutuhan oksigen jenis
udang-udangan lebih tinggi daripada ikan dan kebutuhan oksigen fase
larva/juvenil suatu jenis fauna lebih tinggi dari fase dewasanya. Dengan
demikian maka dalam kondisi konsentrasi oksigen terlarut menurun akibat
penguraian; larva udang-udangan akan lebih menderita ataupun mati lebih awal
dari larva fauna lainnya. Fenomena seperti itulah yang diduga menjadi sebab
kenapa akhir-akhir ini di sepanjang pantai utara P. Jawa yang padat penduduk
dan tinggi pemasukan limbah organiknya tidak mudah lagi ditemukan bibit-bibit
udang dan bandeng (nener); padahal pada masa lalu dengan mudahnya ditemukan..
Kesulitan fauna karena penurunan oksigen terlarut sebenarnya baru dampak
permulaaan, sebab jika jumlah pencemar organik dalam badan air bertambah terus
maka proses penguraian bahan organik memerlukan oksigen lebih besar dan
akibatnya badan air akan mengalami deplesi oksigen bahkan bisa habis sehingga
badan air menjadi hampa udara. Jika fenomena ini terjadi pada seluruh bagian
badan air maka fauna air akan mati masal karena tidak bisa menghindar; namun
jika hanya terjadi di bagian bawah badan air maka fauna air, termasuk ikan
masih bisa menghindar ke permukaan hingga terhindar dari kematian. Secara
alamiah kejadian anaerob di semua lapisan badan air memang sangat sulit terjadi
karena bagian atas air selalu berhubungan dengan udara bebas yang selalu
mensupplainya, namun demikian kalau sebagian badan air anaerob sangatlan
sering.
Telah diuraikan bahwa pada badan air yang miskin udara penguraian bahan organik menghasilkan gas-gas, seperti
H2S, metan dan amoniak yang bersifat racun bagi fauna seperti ikan dan
udang-udangan. Seperti penurunan oksigen terlarut; senyawa-senyawa beracun
inipun dalam konsentrasi tertentu akan dapat membunuh fauna air yang ada.
Selain menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan menghasilkan
senyawa beracun yang selalu merugikan dan dapat menyebabkan kematian fauna;
penguraian bahan organic juga dapat menghasilkan kondisi perairan yang cocok
bagi kehidupan mikroba fatogen yang terdiri dari mikroba, virus dan protozoa yang
setelah berkembang-biak, setiap saat dapat menyerang dan menjadi penyakit yang
mematikan fauna air
IV. PLANKTON
Pengertian dasar plankton adalah mahluk hidup baik tumbuhan maupun hewan
yang berukuran sangat kecil (tidak dapat dilihat dengan mata telanjang) yang
hidup melayang di badan air. Jenis plankton ada dua, yaitu plankton tumbuhan
(Phytoplankton ) dan plankton hewan (Zooplankton).
Dalam proses budidaya ikan atau udang, yang perlu ditumbuhkan adalah
plankton tumbuhan, karena ini merupakan produsen tingkat pertama dalam
ekosistem air. Dalam rantai makanan phytoplankton akan dimakan oleh
zooplankton, selanjutnya zooplankton akan dimakan oleh hewan yang berderajat
lebih tinggi. Sebagai makanan
phytoplankton adalah unsur-unsur mineral dari penguraian bahan organic
dan pemupukan dari luar. Jenis plankton tumbuhan didominasi oleh jenis Algae
dan Ganggang. Jenis ganggang yang terkenal adalah ganggang hijau (Chlorophyta)
yang memberi warna hijau di air.
Baik ikan atau udang, pada saat masih kecil makanan utamanya adalah
plankton, sehingga ketersediaannya harus dijaga. Sebagai indikatornya, maka
penebaran bibit ikan atau udang dilakukan setelah air mempunyai warna/tidak
bening.
V. PERANAN TON DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Faktor pengelolaan lahan merupakan hal yang penting, karena kehidupan ikan
atau udang tidak dapat dilepaskan dengan kondisi kolam/tambak. Tanpa
pengelolaan yang tepat, niscaya tidak akan tercipta suatu media hidup bagi ikan
atau udang yang ideal sehingga tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara
optimal.
Pupuk TON berfungsi sebagai
perehabilitasi lahan budidaya dan sebagai stabilizer kondisi air yang ideal. Pada masa persiapan budidaya, TON
dengan dosis 5 botol ukuran 500 gram per hektar yang dilakukan pada saat tahap
pemupukan . TON mengandung berbagai unsur mineral baik makro maupun mikro,
nutrisi berupa lemak, protein dan karbohidrat dan dilengkapi dengan asam humat
berfungsi sebagai.
1. Pengikat logam-logam berat.
Logam-logam berat terlarut dapat masuk ke parairan budidaya dari pencemaran
limbah pabrik dan rumah tangga. Jenis logam berat tersebut diantaranya Timbal
(Pb), Seng (Zn), Merkuri (Hg), Nikel (Ni) dan lain-lain. Dalam keadaan terlarut
logam-logam tersebut berbahaya bagi kehidupan udang atau ikan. Logam berat
dapat masuk melalui absorbsi (penyerapan) langsung maupun melalui
phytoplankton. Akibat yang ditimbulkan dapat bersifat lethal (mematikan) pada
konsentrasi tinggi dan sublethal (tidak mematikan tetapi mengganggu kehidupan).
Asam Humat dan Vulvat pada TON dapat mengikat logam-logam tersebut dan
membentuk menjadi senyawa-senyawa yang tidak berbahaya.
2. Pemecah senyawa kekal komplek berbahaya dan beracun.
Setelah ikan atau udang dipanen, pasti meninggalkan sisa budidaya yaitu
berbagai lumpur organik yang bersifat racun dan secara teknis, lumpur tersebut
harus dibuang ke luar. Akan tetapi karena lumpur berbentuk semi cair, maka
tidak mungkin dapat dibuang sampai 100%. Oleh karena itu TON perlu diberikan
selama masa interval budidaya untuk menetralkan senyawa-senyawa tersebut, karena
TON mempunyai kandungan asam-asam organik.
3. Memberikan semua jenis unsur makro dan mikro dan senyawa lain untuk
mempercepat pertumbuhan plankton.
Plankton sebagaimana tumbuhan tingkat tinggi juga membutuhkan unsur-unsur
mineral baik makro maupun mikro untuk tumbuh dan berkembang. TON mengandung
berbagai unsur-unsur penting seperti N, P, K, Ca, S, Mg, Cl dan lain-lain yang
dibutuhkan Phytoplankton sebagai produsen tingkat pertama dalam rantai makanan
di perairan. Jika Phytoplankton berkembang dengan baik, maka Zooplankton juga
mempunyai sumber makanan sehingga juga dapat tumbuh dan berkembang. Kedua jenis
plankton tersebut pada akhirnya akan menjadi pakan bagi ikan atau udang.
4. Asam humatnya mampu menggemburkan tanah dasar kolam/tambak
Asam Humat dan Vulvat merupakan asam-asam organik penting yang mempunyai
kemampuan menggemburkan tanah, karena mampu memecah ikatan kuat antara mineral
tanah dengan partikel tanah. Jika ikatan tersebut dapat terpecah, maka struktur
tanah akan menjadi gembur dan berrongga. Keadaan tanah yang demikian merupakan
struktur tanah yang baik, karena berbagai gas dan senyawa beracun yang
terbentuk selama budidaya dapat terlepas ke udara melalui penguapan dan tidak
terikat dengan pertikel tanah.
Selama budidaya TON berfungsi untuk :
1. Menciptakan dan mempertahankan ekosistem (lingkungan) tambak/kolam yang
seimbang.
Dengan berbagai bahan penting yang terkandung di dalamnya, TON mampu
menciptakan suatu lingkungan hidup bagi ikan atau udang yang ideal, baik dari
segi ketersediaan pakan alami, kadar oksigen terlarut, pH dan mampu
mempertahankan hingga budidaya berkahir.
2. Membantu perkembangan mikroorganisme yang bermanfaat bagi lingkungan dan
bagi pertumbuhan ikan atau udang.
Sebagaimana hewan tingkat tinggi, maka mikroorganisme juga memerlukan
berbagai unsur mineral penting untuk proses kehidupannya. Pemberian TON pada
kolam budidaya menyuplai berbagai unsur minerla penting tersebut, sehingga
mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
3. Menjaga berbagai parameter kualitas air sehingga proses nitrifikasi
berjalan dengan baik.
Dalam budidaya perairan, selama proses budidaya akan terjadi penurunan
kualitas lingkungan hidup ikan atau udang dengan semakin bertambah umurnya, hal
itu disebabkan karena semakin banyaknya kandungan bahan organik terlarut yang
berasal dari kotoran ikan atau udang, sampah yang masuk, bangkai ikan atau
udang, sisa pakan yang diberikan, tumbuhan dan hewan air lain yang mati.
Bahan-bahan organik yang masuk tersebut akan mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme di kolam/tambak menjadi amoniak (NH3) yang beracun. Agar tidak
beracun, amoniak tersebut harus diubah manjadi nitrit (NO2_) dan nitrat (NO3_)
oleh bakteri Nitrosomonas dan Nitrobakter. Proses tersebut disebut reaksi
nitrifikasi yang membutuhkan kondisi air ideal yaitu DO (Dissolved
Oxygen/oksigen terlarut) tinggi, suhu ideal (minimal 260 C), pH dalam kisaran
netral (7 – 8,5) dan alkalinitas yang cukup tinggi. Pupuk TON mampu menjaga
kualitas air tambak/kolam selalu dalam keadaan ideal, sehingga memungkinkan
proses nitrifikasi berlangsung dengan baik. Maka tidak mengherankan jika
tambak/kolam budidaya yang menggunakan TON akan berhasil, karena ikan atau
udang selalu hidup dalam lingkungan air yang ideal dan bebas dari senyawa
beracun
4. Menyuburkan Plankton.
Unsure-unsur mineral yang terkandung dalam TON akan memberikan nutrisi bagi
pertumbuhan dan perkembangan plankton. Plankton tumbuhan pada prinsipnya sama
dengan tumbuhan tingkat tinggi yang memerlukan unsure-unsur mineral. Selain
itu, asam humat dalam TON akan
mempercepat tersedianya unsur-unsur mineral dari penguraian bahan organik di
kolam/tambak
5. Membantu merutinkan molting (ganti kulit) pada udang.
Proses molting merupakan mekanisme pertambahan ukuran tubuh udang. Kulit
udang tersusun oleh senyawa chitin yang keras dan tidak elastis. Oleh karena
itu, dengan semakin besarnya ukuran tubuh udang, kulit harus mengalami
penggantian dengan ukuran yang lebih sesuai dengan tubuh udang yang baru.
Syarat agar udang dapat melakukan molting adalah kondisi udang yang baik dari
segi energi dan kesehatannya, syarat lainnya adalah kondisi lingkungan (air)
yang ideal, terutama dalam hal kandungan oksigen terlarut (DO), alkalinitas dan
pH. TON mempunyai kandungan lemak, karbohidrat dan protein dalan jumlah yang
cukup, yang langsung dapat dikonsumsi udang atau ikan sehingga sekaligus TON
juga sebagai penambah nutrisi pakan. Dari faktor lingkungan, TON mampu
menciptakan dan menjaga kualitas air yang ideal. Jika kedua syarat tadi dapat
diciptakan dengan pemberian TON, maka proses molting juga dapat berlangsung
dengan rutin.
Perlakuan TON selama budidaya dilakukan setiap pemasukan air baru atau
setidak-tidaknya setiap 20 hari sekali dengan dosis 1 – 2 botol/ha. Pada
prinsipnya, semakin intensif budidaya semakin sering pemberiannya karena
budidaya yang semakin intensif, penurunan kualitas lahan juga semakin cepat.
VI. PAKAN
Berdasarkan jenis pakan yang dimakan, hewan air dibedakan menjadi jenis
pemakan tumbuhan (herbivora), contohnya adalah grasscrarp, bandeng, tawes,
nilem dan lain-lain. Jenis yang kedua adalah pemakan daging (carnivora),
contohnya adalah sidat, kakap, kerapu, lele, gabus dan lain-lain. Jenis ketiga
yaitu pemakan segala (omnivora), contohnya adalah ikan mas, nila, udang dan
lain-lain
Zat-zat gizi yang diperlukan ikan dan udang untuk kehidupannya adalah :
1. Protein.
Dalam tubuh ikan dan udang, protein merupakan senyawa yang kandungannya
paling tinggi setelah air, terutama
terdapat dalam urat daging, alat-alat tubuh dan jaringan luar tubuh. Protein
bagi ikan dan udang merupakan sumber asam-asam amino dan nitrogen yang memegang
peranan penting dalam struktur dan fungsi tubuh, seperti pertumbuhan dan
reproduksi.
2. Lemak
Lemak tersusun dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. lemak fungsi utamanya
sebagai sumber energi, sumber asam lamak essensial, sebagai pelarut vitamin
yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E dan K.
3. Karbohidrat.
Karbohidrat adalah zat organik yang mengandung karbon, hidrogen dan oksigen
dalam perbandingan yang berbeda-beda. Karbohidrat merupakan zat organik yang
mewakili 50 – 70 % dari jumlah bahan kering dalam pakan ikan, yang secara umum
terdapat dalam bahan pakan bijian.
Bagi ikan dan udang, secara umum merupakan sumber energi ketiga setelah
protein dan lemak sebagai sumber energi, sehingga pakan ikan dan udang harus
mengandung komposisi protein dan lemak yang tinggi.
4. Mineral.
Mineral memegang peranan penting untuk kehidupan ikan dan udang, karena
mineral diperlukan dalam jumlah yang besar sementara ikan tidak dapat memproduksi
sendiri. Ikan dan udang setidaknya membutuhkan 15 macam zat mineral yang
mempunyai fungsi essensial.
Secara keseluruhan, mineral-mineral diperlukan ikan untuk :
1. Vitamin.
Vitamin adalah zat organik yang dibutuhkan ikan dan udang walaupun dalam
jumlah yang relatif kecil. Secara spesifik, vitamin bukan bagian dari
karbohidrat, protein, lemak, air dan mineral yang memiliki peranan dalam reaksi
spesifik metabolisme tubuh dan proses pertumbuhan serta kehidupan yang normal.
Vitamin tidak dapat disusun oleh ikan atau udang sendiri sehingga harus
disuplai dari luar.
Pakan ikan dan udang berupa pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami
adalah hewan dan tumbuhan yang dapat dikonsumsi ikan dan udang. Plankton adalah
pakan alami utama bagi ikan dan udang terutama pada fase larva (benih) karena
pada masa itu masih sangat kritis atau mudah terserang oleh bibit penyakit dan
rentan terhadap perubahan kualitas air. Plankton terdiri dari zooplankton
(plankton hewan) dan phytoplankton (plankton tumbuhan), hidup bebas di berbagai
perairan baik tawar, payau dan laut dan mampu mberkembang biak secara cepat.
Plankton dapat diproduksi secara massal pada lingkungan yang terkendali dan
memiliki daya penyesuaian yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Plankton
memiliki beberapa keistimewaan, yaitu memiliki kadar protein tinggi baik nabati
maupun hewani, memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan lebar bukaan mulut
larva ikan dan udang, isi selnya padat tetapi dinding selnya tipis, tidak
beracun dan kualitasnya tidak dapat digantikan oleh pakan buatan jenis apapun.
Plankton juga merupakan alat untuk melatih ikan dan udang mengkonsumsi pakan
dari luar setelah cadangan telur induk di tubuhnya habis.
Disamping mengkonsumsi pakan alami, ikan dan udang juga perlu diberi pakan
buatan terutama pada budidaya intensif. Pemberian pakan buatan diperlukan
karena pakan alami di kolam budidaya tidak cukup jika dikonsumsi ikan atau
udang untuk menghasilkan produksi maksimal. Saat ini pakan buatan sudah
diproduksi oleh pabrik pakan. Namun demikian dapat juga meramu sendiri dengan
bahan-bahan yang sesuai. Penggunaan
pakan buatan harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan atau udang terutama
pada kadar proteinnya. Untuk meningkatkan produksi dan ketahanan tubuh ikan
atau udang, penggunaan suplemen pakan sangat dianjurkan asal sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan ikan atau udang.
Faktor pakan atau nutrisi juga merupakan hal yang penting, karena
pertumbuhan ikan atau udang sangat ditentukan oleh kelengkapan nutrisi yang
dikonsumsi. Berbagai nutrisi penting yang telah diuraikan di atas perlu selalu
tersedia dalam pakan (alami dan buatan). Kelengkapan dan kecukupan nutrisi
mutlak diperlukan karena diperlukan ikan atau udang untuk berlangsungnya
berbagai proses kehidupan yaitu pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, produksi
dan pemeliharaan. Untuk menjaga kelengkapan nutrisi, maka penggunaan POC NASA
atau VITERNA sangat tepat, karena mengandung mineral lengkap, lemak dan
protein. Pencampuran POC NASA atau
VITERNA dengan dosis 10 cc + 1 liter air
dicampur dengan 3 kg pakan (pada setiap pemberian pakan).
Secara lengkap fungsi POC NASA atau VITERNA adalah :
1. Meningkatkan pertumbuhan
POC NASA atau VITERNA mengandung berbagai unsur mineral essensial penting
baik makro maupun mikro dalam jumlah yang cukup. Udang atau ikan sangat
membutuhkan berbagai mineral penting tersebut untuk menjalankan proses
fisiologisnya, diantaranya adalah proses pertumbuhan yang memerlukan unsur N
sebagai unsur utama dalam protein. Disamping itu, kedua produk diciptakan
dengan teknologi asam amino sehingga mampu mempercepat pembentukan protein
tubuh sebagai bahan penyusun organ dan jaringan sebagai bentuk dari
pertumbuhan.
2. Meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit.
Ikan atau udang dapat menderita sakit apabila mendapatkan infeksi bibit
penyakit dari luar dan pada saat itu, kondisi tubuh dalam keadaan lemah karena
kekurangan nutrisi. Oleh karena itu, factor nutrisi merupakan hal yang penting
dalam hal ketahanan tubuh, karena dengan nutrisi yang cukup, proses-proses
fisiologis berlangsung dengan baik.
3. Meningkatkan Efisiensi Penceraan.
Adanya mineral-mineral dan vitamin dalam NASA dan VITERNA akan merangsang
enzim-enzim pencernaan dan aktivitas organ pencernaan.
4. Menurunkan Angka FCR (Feed Conversion Ratio).
Kandungan nutrisi lengkap dalam NASA dan VITERNA merupakan supai nutrisi
yang ideal terhadap kebutuhan ikan dan udang untuk pertumbuhan yang cepat.
Dengan semakin cepatnya pertumbuhan, maka perbandingan antara konsumsi pakan
dengan bobot badan menjadi kecil, sehingga disebut penurunan angka FCR.
Selain kedua faktor terpenting tersebut, perlu juga penanganan yang tepat
terhadap faktor lain, yaitu syarat teknis budidaya yang benar, penggunaan benih
yang baik, pengawasan yang seksama, antisipasi terhadap gangguan non teknis dan
lain-lain. Penggunaan produk yang bagus tidak akan banyak bermanfaat jika tidak
diikuti dengan aplikasi dan teknis budidaya yang benar. Aktivitas pengolahan
lahan misalnya, merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu seluruh aktivitas
pengolahan lahan seperti telah dijelaskan di atas, tetap harus dilakukan.
VII. MANAJEMEN HAMA DAN PENYAKIT
Faktor ini juga salah satu hal yang penting karena berpengaruh terhadap
kelancaran dan hasil akhir budidaya. Hama dan penyakit disebut faktor
pengganggu budidaya, oleh karena itu perlu suatu penanganan yang intensif pula.
a. Hama.
Hama adalah mahluk hidup lain yang dapat membunuh atau memakan ikan atau
udang budidaya. Hama dapat berasal dari hewan air lain maupun hewan darat.
Berdasarkan jenisnya, hama dapat dibedakan menjadi :
- Pemangsa (predator). Jenis hama ini dapat memakan ikan atau udang secara
langsung, sehingga merupakan jenis hewan besar. Contoh golongan ini adalah
ikan-ikan buas, kepiting, burung pemangsa hewan air, ular, wlingsang dan
lain-lain. Untuk mengatasi gangguan hama jenis ini dilakukan isolasi terhadap
kolam budidaya, pengawasan intensif dan
penggunaan alat-alat pengusir karena sulit jika dilakukan pembasmian
dengan obat atau racun.
- Penyaing (kompetitor). Jenis hama ini mengganggu ikan atau udang secara
tidak langsung dengan menjadi pesaing dalam mendapatkan pakan atau tempat
hidup. Contohnya adalah trisipan, ikan liar, ketam-ketaman, jenis udang putih
dan lain-lain.
- Pengganggu. Jenis hama ini walaupun tidak memangsa atau menyaingi tetapi
juga cukup merepotkan dalam budidaya dengan cara merusak pematang, melobangi
tanggul, merusak jaring, merusak dasar tanah, pintu air dan lain-lain.
Contohnya adalah bangsa ketam yang suka membuat lobang di pematang sehingga
menimbulkan kebocoran tanggul, hewan-hewan penggerek pintu air, tritip, tiram
dan lain-lain.
Untuk memberantas hama-hama tersebut dapat menggunakan bahan-bahan
pestisida beracun yang mempunyai sifat mudah terurai sehingga tidak menimbulkan
residu kimia berbahaya. Penggunaan bahan-bahan pestisida yang berbahan aktif
keras dan sukar terurai seperti DDT, Endrin, Chlordan, gamma BHC harus
dihindari. Untuk lebih aman dapat menggunakan pestisida organik dari
tumbuh-tumbuhan yang bersifat mudah terurai dan tidak keras. Contoh pestisida
organik adalah biji teh (Camella sp.) yang mengandung racun saponin, akar tuba
(Derris eliptica) yang mengandung racun rotenon dan sisa-sia tembakau (Nicotina
tabacum) yang mengandung nikotin. Racun saponin dari biji the dapat membunuh
jenis ikan, sehingga pada budidaya ikan harus dilakukan sebelum penebaran jenis
ikan yang dipelihara. Racun rotenon dapat membunuh udang dan ikan sehingga pada
tambak udang, penggunaannya juga sebelum benur ditebar. Racun nikotin dapat
membunuh jenis ikan dan kepiting.
b. Penyakit
Selama masa pemeliharaan ikan atau udang, sering terserang oleh panyakit
yang dapat membunuh sebagian atau bahkan seluruh ikan atau udang yang
dibudidayakan. Penyakit hewan air disebabkan oleh proptozoa, bakteri, jamur,
virus dan lain-lain. Penyebab penyakit tersebut akan lebih keras menyerang jika
berintraksi dengan lingkungan tambak/kolam dengan air yang jelek. Apabila
kondisi air budidaya baik dan mendapatkan pakan bernutrisi tinggi maka ikan
atau udang akan sulit terserang penyakit walaupun tetap ada bibit penyakit di
air budidaya karena udang atau ikan mempunyai ketahanan tubuh tinggi. Usaha
pencegahan lebih baik daripada mengobati karena jika udang atau ikan sudah
terserang penyakit sulit untuk diobati terutama pada budidaya berskala besar.
Usaha pencegahan yang paling baik adalah dengan selalu menjaga kualitas air
dengan mengganti secara rutin air kolam/tambak untuk menjaga kualitas air
dilengkapi dengan perlakuan bahan-bahan yang dapat menjaga kualitas air dan
memberikan pakan bernutrisi tinggi.
VIII. KESIMPULAN.
Dalam ekosistem air, terdapat berbagai parameter baik fisika maupun kimia
yang menentukan kualitas lingkungan untuk budidaya. Pengelolaan/manajemen
budidaya perairan meliputi manajemen lingkungan dalam hal ini adalah kolam dan
air serta manajemen nutrisi.
Manajemen lingkungan dibutuhkan untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi kolam/tambak dan air yang ideal serta bebas dari bahan-bahan beracun.
Pupuk TON (Tambak Organik Nusantara)
merupakan solusi tepat dalam rangka menciptakan lingkungan yang ideal
tersebut.
Manajemen nutrisi diperlukan untuk menyediakan zat-zat nutrisi (gizi)
yang diperlukan ikan atau udang untuk melakukan berbagai proses fisiologis
yaitu pertumbuhan, perkembangan, produksi,
reproduksi dan pemeliharaan. Penggunaan POC NASA atau VITERNA dianjurkan untuk menambah dan melengkapi
kandungan nutrisi pakan yang diperlukan.
Informasi lebih lengkap silahkan click "Triks Budidaya Perikanan"
Pemesanan Vitamin dan Terapi Air Kolam Ikan, silahkan
hubungi: